A.
Profil Negara Pakistan
Penduduk umat
Islam yang saat ini berjumlah lebih dari 1,6 miliar jiwa atau sekitar 23,4
persen dari total penduduk dunia menjadikan Islam sebagai agama dengan jumlah
penganut terbesar di dunia[1].
Pakistan termasuk ke dalam 10 negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di
dunia nomor dua setelah Indonesia.
Pakistan adalah
negara yang terletak di Asia Selatan. Penduduk yang menganut Islam di negara
ini adalah 11 persen dari jumlah penduduk muslim di dunia. Pada tahun 2010,
penganut Islam di negara ini berjumlah sekitar 178 juta jiwa atau 96,4 persen
dari jumlah penduduk[2].
Nama
Pakistan memiliki makna tanah yang murni dalam bahasa Urdu maupun bahasa
Persia. Nama ini dicetuskan sebagai Pakstan oleh Choudhary Rahmat Ali, seorang
tokoh gerakan Pakistan yang menerbitkan sebuah pamflet berjudul “Now or Never”. Nama ini juga merupakan
sebuah portmanteau dari nama-nama
etnis utama yang terdapat di Pakistan yaitu : Punjab, Afgan, KashmIr, Sindh,
dan Baluchistan. Mayoritas etnis yang mendiami negara Pakistan adalah etnis
Punjabi (provinsi Punjab); Sindhi (Sindh) Pashtun (NWFP) dan Balochi
(Balochistan)[3].
Di bagian timur negara Pakistan berbatasan dengan India. Di bagian barat,
berbatasan dengan Iran dan Afghnistan. Di utara, berbatasan dengan negara Afghanistan
dan Cina. Di selatan berbatasan dengan laut Arab dan teluk Oman. Luas negara
Pakistan adalah 703.943 km yang terbagi
atas empat propinsi. Prpinsi tersebut antara lain Baluchistan, Sindh, Punjab
dan wilayah Barat Daya. Pakistan bertetangga dengan dua negara besar di dunia
yaitu India dan Cina. Pakistan menjalin hubungan baik dengan Barat di satu
pihak, sedangkan disisi lain dengan Cina Komunis[4]. Pakistan
terletak antara 20 derajat LU - 37 derajat LU dan 66 derajat BT - 75 derajat BT[5].
Berdirinya
Republik Islam Pakistan tidak lepas dari peran seorang pengacara muslim
Muhammad Ali Jinnah. Pada awalnya, berdirirnya Pakistan merupakan problem
tersendiri, terutama dalam mencari alasan atau raison d’etre Pakistan merdeka. Dasar pendirian “Republik Islam”
ini, seperti terartikulasikan dalam gagasan pendiri-pendirinya adalah kehendak
komunitas muslim “sebagai bangsa terpisah di anak benua India” untuk membentuk
negara di mana mereka mampu menerapkan ajaran Islam dan hidup selaras dengan
petunjuknya[6].
B. Sosok
Benazir Bhutto bagi Pakistan
Benazir
Bhutto merupakan wanita pertama yang memimpin sebuah negara Muslim di masa
pasca kolonial[7].
Benazir Bhutto lahir pada tahun 1953 dari sebuah keluarga Syiah Muslim
berpengaruh di Karachi, Pakistan. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar di
Pakistan, Bhutto pergi ke Amerika Serikat untuk melanjutkan kuliah ke Harvard
University pada usia 16 tahun. Dia mendapat gelar pada usia 20 tahun di jurusan
Perbandingan Pemerintahan. Bhutto lantas menghadiri Lady Margaret Hall di
University of Oxford untuk belajar filsafat, politik, dan ekonomi.
Ayah
Bhutto, Zulfikar Ali Bhutto, menjabat sebagai Presiden Pakistan dari tahun
1971-1973, dan kemudian sebagai Perdana Menteri pada tahun 1973-1977, serta
mendirikan Pakistan People’s Party
(PPP) yang berpengaruh. Pada tahun 1977 atau tahun terakhir Benazir Bhutto
belajar di Oxford, Perdana Menteri digulingkan oleh militer melalui sebuah
kudeta. Pemilihan umum dijanjikan oleh militer namun tidak pernah terlaksana
hingga akhirnya Zulfikar Ali Bhutto digantung pada pertengahan tahun 1979.
Setelah
eksekusi ayahnya, Benazir Bhutto dikenai tahanan rumah oleh pemerintah yang
berlaku hingga beberapa tahun ke depan. Pada tahun 1984, dia diizinkan
melakukan perjalanan ke Inggris, di mana Bhutto segera mengambil alih jabatan
sebagai ketua PPP menggantikan ibunya dan mulai bergerak untuk memperjuangkan
reformasi demokratis[8]. Bahkan, ketika ditanya tentang apakah keberadaannya di
Eropa adalah dalam rangka pengasingan, dengan tegas Benazir membantah: “Kenapa
aku harus mengasingkan diri keluar negeri?, aku kemari untuk perawatan
kesehatanku. Aku dilahirkan di Pakistan, aku akan mati di Pakistan. Kakekku
dimakamkan di sana, ayahku dimakamkan di sana.. tidak, aku tidak akan pernah
meninggalkan negeriku.. orang tidak dapat hidup berdasarkan rasa takut.. orang
hanya dapat tetap bertahan kalau ia penuh harap”[9].
Kedatangan Benazir di London ini ternyata menjadi langkah awal yang sangat
tepat. Di sana ia disambut oleh ribuan masyarakat Pakistan di luar lapangan
udara Heathrow. Banyak diantara mereka. terutama anggota Pakistan People’s Party (PPP) dalam
pengasingan meminta bertemu dengan Benazir. Selain sebagai tempat bermukimnya
38.000 orang Pakistan, London memang sekaligus menjadi pusat aktivitas PPP di
luar negeri. Bahkan kedua adik laki-laki Benazir, Shanawaz dan Murtaza, juga
tinggal di London ketika melancarkan aksi politik mereka guna berjuang
membebaskan ayahnya dari penjara dan hukuman mati.
Melihat penyambutan sedemikian, Benazir pun lantas kian sadar bahwa dirinya
punya potensi dukungan cukup besar untuk menyusun kekuasaan menentang rezim
Zia. Juga atas kenyataan itu pulalah akhirnya selama tinggal di luar negeri
Benazir memanfaatkan hidupnya “hanya” untuk mengurusi persoalan-persoalan
politik, dalam rangka menyusun kekuatan baru menghadapi rezim militer Pakistan[10].
Pada Agustus 1988,
Presiden Zia-ul-Haq tewas dalam kecelakaan pesawat terbang. Akibatnya terjadi
kekosongan kekuasaan di Pakistan. Dalam pemilu yang dilakukan kemudian, Partai
Rakyat Pakistan memenangkan mayoritas kursi di Dewan Nasional yang berujung
pada pengangkatan Benazir Bhutto sebagai perdana menteri pada tanggal 1 Desember
1988. Benazir Bhutto menjadi perempuan muslim pertama di dunia yang menjadi
perdana menteri. Pada awalnya Benazir Bhutto sangat populer dan dilihat sebagai
tokoh yang sangat berbeda dengan pemerintahan militer. Tetapi dua kali masa
jabatannya sebagai perdana menteri berakhir dengan pemecatannya atas dakwaan
korupsi. Dia meninggalkan kantor perdana menteri dengan reputasi yang hancur.
Ketika memerintah, Benazir selalu menyuarakan isu-isu tentang perempuan,
kesehatan, dan diskriminasi terhadap perempuan. Ia menyatakan akan membentuk
kesatuan polisi yang anggotanya adalah perempuan, juga mahkamah dan bank
pembangunan yang dikelola perempuan. Namun tak satupun niatnya terwujud di
Pakistan. Selama berkuasa, Benazir membangun sekolah-sekolah di seluruh negeri,
dan listrik pun berhasil dialirkan ke daerah-daerah pedesaan. Kelaparan,
perumahan, dan layanan kesehatan menjadi prioritas utamanya. Meskipun ia telah
melakukan banyak hal baik untuk rakyatnya, namun bukan berarti semua orang
menyukainya. Selama berkuasa, Benazir banyak menghadapi perlawanan dari
gerakan-gerakan Islam ekstrem yang tidak menyukai kepemimpinan seorang
perempuan apalagi gaya kepemimpinannya cenderung liberal[11].
Rentetan
peristiwa terus terjadi sebelum terbunuhnya Benazir Bhutto, hingga pada tanggal
27 Desember 2007 Benazir Bhutto terbunuh. Ketika Benazir Bhutto mengikuti suatu
rapat umum kampanye pemilihan di Rawalpindi. Pada saat ia akan menumpang mobil
meninggalkan ruang rapat setelah menyampaikan pidato, seorang laki-laki
bersenjata tiba-tiba melepaskan tembakan dan mengenai bagian leher dan dadanya.
Penyerang kemudian meledakkan bom pada dirinya. Benazir Bhutto segera dilarikan
ke rumah sakit, tapi tidak berhasil diselamatkan dan meninggal pada pukul 18:16
waktu setempat. Selain itu terdapat sekitar 30 orang tewas dalam peristiwa
serangan itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar